
EQUATOR, Ketapang – Warga Dusun Sumber Periangan, Desa Simpang Tiga Sembelangaan, Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang diresahkan oleh munculnya satu individu habitat orang utan besar yang masuk ke pemukiman mereka.
Jenis satwa dilindungi itu terpantau muncul sejak 6 Februari 2025 lalu, dan merusak sejumlah tanaman serta hasil kebun warga Dusun Sembelangaan.
Menurut keterangan warga, Dhe Sukati Marto, orang utan ini sudah beberapa kali masuk ke perkebunan dan memakan tanaman buah milik warga. Lantaran ukuran hewan cukup besar, warga merasa takut mendekati atau mengusirnya.
“Kalau di kebun saya, sawit dicabut umbutnya. Sementara di kebun tetangga, buah-buahan seperti jambu, nanas, cabai dan petai juga di makan. Bahkan ada tanaman yang dirusak,” kata Sukati, Rabu (12/02/2025).
Menurut Sukati, keberadaan orang utan tersebut tidak menetap di kebun. Melainkan hanya datang untuk makan dan kembali ke hutan setelahnya.
“Memang tidak menetap. Tapi selang beberapa hari muncul lagi, sehingga warga khawatir akan keberlangsungan tanaman,” tuturnya.
Beberapa warga juga mengaku telah mencoba berbagai cara mengusir orang utan itu, termasuk melaporkan kepada pihak berwenang. Sebab warga sendiri tidak ingin melukai satwa yang secara aturan telah dilindungi.
Merespon laporan warga, Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) Ketapang, Birawa memastikan, bahwa pihaknya sudah turun ke lokasi dan melakukan pemantauan terhadap keberadaan orangutan tersebut.
“Pihak konservasi akan terus memantau, sampai hari ini pemantauan masih kita lakukan. Jadi kita belum melakukan tindakan resio,” kata Birawa ketika dikonfirmasi media ini.
Menurut Birawa, langkah resio dilakukan bilamana orang utan sudah dalam posisi menetap di pemukiman warga. Sehingga, saat ini langkah yang dapat diambil adalah terus memantau keberadaannya.
“Jika orang utan itu sudah mulai menetap, kami akan langsung melakukan resio, serta terus mencari solusi terbaik untuk menjaga keseimbangan antara keberadaan satwa liar dan kenyamanan warga setempat,” jelasnya.
Dia menerangkan, orang utan merupakan satwa yang dilindungi undang-undang. Karenanya penting masyarakat mengetahui untuk tidak mengambil tindakan dengan cara melukai satwa ini.
“Kami terus berupaya memberikan edukasi, sekaligus imbauan kepada masyarakat agar tidak melukai atau menyakiti orangutan. Sebab satwa ini dilindungi undang-undang,” terangnya.
Untuk itu, dirinya berharap agar warga segera melaporkan apabila mengalami kejadian serupa kepada pihak berwenang. Tujuannya agar dapat dilakukan penanganan secara baik.
“Jika warga menemukan kejadian serupa, kami harap segera melaporkannya. Karena ini memang satwa liar, bukan satwa buas,” pintanya. (Mi)
Beri dan Tulis Komentar Anda