EQUATOR, SANGGAU. Dalam hal ketahanan pangan, Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perikanan (DKPTPHP) Kabupaten Sanggau memiliki strategi sendiri, terutama memasuki musim kemarau.
“Pertama kita melakukan pemanfaatan lahan semaksimal mungkin. Tidak ada lahan yang menganggur lagi. Kemudian dukungan bagi para petani,” ujar Kubin, Senin (28/10/2024).
Selanjutnya, intensifikasi dalam menyusun jadwal tanam menyesuaikan jadwal iklim. Tidak menanam ketika kemarau, atau menunda tanam jika dalam dua atau tiga hari ke depan tak ada hujan.
“Ini bukan pekerjaan mudah, karena terkait masa atau umur padi semai. Nah akhirnya kembali umur padi yang agak panjang itu padi unggul lokal. Kalau padi unggul nasional paling toleransi tiga atau empat hari setelah itu tidak boleh tanam lagi,” terangnya.
“Misalnya unggul lokal masa tanamnya 18 hari, toleransi 21 hari. Setelah 21 hari tidak dipakai lagi. Sehingga petani harus menyemai lagi. Nah menyesuaikan ini, tidak mudah,” tambah Kubin.
Karenanya, ia meminta petani bersama penyuluh mengantisipasi perubahan iklim terkait ketahanan pangan. Tak kalah pentingnya adalah disiplin dengan jadwal yang telah ditetapkan.
“Ini yang harus kami jabarkan dari Dinas melanjutkan program pusat, provinsi, kabupaten, kepada penyuluh lapangan yang memang dekat dengan petani,” ujarnya.
Secara keseluruhan, petani di Kabupaten Sanggau baru bisa melakukan satu setengah kali tanam dalam setahun, karena mengandalkan lahan tadah hujan. Belum bisa dua kali setahun lantaran lahan di Kabupaten Sanggau belum bisa diairi sepanjang tahun. Kubin mengakui jika saat ini produksi padi di Kabupaten Sanggau menurun.
“Banyak hal yang menyebabkan produksi kita menurun: terkait perubahan iklim, kemarau, pengadaan benih padi unggul, kemampuan para petani membeli pupuk. Banyak yang mempengaruhi,” ungkapnya. (KiA)
Beri dan Tulis Komentar Anda