EQUATOR, Kabul – Pasca berhasil merebut secara damai Kota Kabul pada Minggu tanggal 15 Agustus 2021 lalu, banyak langkah-langkah mengejutkan diambil oleh kelompok Taliban dalam upaya penyelamatan Afghanistan dari ‘kejatuhan’.
Salah satunya dengan melakukan penyitaan uang tunai dan emas dari sejumlah mantan pejabat pemerintahan sebelumnya. Dimana hal itu dilakukan Taliban demi menyelamatkan posisi bank sentral mereka yang saat ini sedang mengalami ‘krisis’ kekurangan uang.
Dikutip dari Detik.com, Kamis (16/09/2021), langkah ini dilakukan Taliban pada Selasa (14/09/2021). Penggeledahan oleh Taliban terjadi di kediaman mantan Wakil Presiden Amrullah Saleh, dan sejumlah pejabat tinggi pemerintah lainnya.
Dari hasil penyitaan tersebut, Taliban berhasil meraup lebih dari 12 juta dolar AS (lebih dari Rp 170 miliar).
Sebelumnya, bank sentral menyatakan, bank-bank di Afghanistan kehabisan uang tunai sejak Afghanistan dikuasai Taliban. Beberapa bank bahkan dilaporkan berada di ambang penutupan.
Bank-bank yang mengalami kesulitan itu lantas menyampaikan kekhawatirannya perihal kelangkaan uang tunai kepada Taliban.
Sebagai respon terhadap masalah ini, Taliban pun meluncurkan aksi penyelidikan terhadap aset-aset para mantan pejabat pemerintah yang kemudian berujung pada penyitaan aset.
Sebelumnya, mantan presiden Afganistan Ashraf Ghani juga dituduh melarikan diri dengan membawa uang jutaan dolar. Namun Ghani membantah tuduhan tersebut dengan menyebutnya sebagai tuduhan “tidak berdasar”.
Kembali soal kondisi ‘keuangan negara’, bank-bank di Afghanistan pun terpaksa harus menjatah jumlah uang yang akan dikeluarkan di kantor-kantor cabangnya. Hal ini dilakukan agar bank tidak benar-benar kehabisan uang. Batas penarikan mingguan yang dilaporkan adalah sebesar $200 (sekitar Rp 2,8 juta).
Masalah keuangan di Afganistan turut diperparah dengan dibekukannya aset asing bank sentral sejak Taliban mengambil alih kekuasaan. (FikA)
Beri dan Tulis Komentar Anda