EQUATOR, Jakarta – Penasihat hukum dari terduga pelaku RT dan EO, Tegar Putuhena, pada Rabu (09/09/2021) menyampaikan, pihaknya bakal melaporkan balik MS ke polisi.
Alasan pihak RT dan EO melaporkan balik terkait kasus dugaan bully (perundungan) dan pelecehan seksual ini, lantaran sejak mencuatnya kasus ini–buntut dari pelaporan MS ke Polres Metro Jakarta Pusat, pada Rabu (01/09/2021) malam kemarin–kliennya, RT dan EO mendapat bully dari warganet di media sosial. Dimana pasca data diri kliennya disebar dalam rilis yang dimuat dari pihak pelapor.
“Ada cyber bullying (yang diterima, red) dari klien saya, keluarganya, anaknya, bahkan sampai keluarganya udah nggak berani ke luar rumah,” kata Tegar, Senin (06/09/2021), seperti dikutip dari Detik.com.
Tegar menambahkan, selain kepada pelapor, terdapat pula sejumlah pihak yang akan dipolisikan balik oleh pihak terlapor. Utamanya pihak-pihak yang diduga telah ikut menyebarkan data pribadi kliennya.
“Kami akan pertimbangkan betul serius akan mengambil hukum melaporkan balik baik itu pelapor, kemudian pihak yang menyebarkan informasi yang belum tentu benar itu dan pihak-pihak yang ikut menyebarkan data pribadi itu semua akan kami laporkan,” ujar Tegar.
Masih dikutip dari Detik.com, pihak RT dan EO pun telah melakukan konsultasi ke Polda Metro Jaya terkait upaya pelaporan balik ini.
“Tadi kami sudah konsultasi ke Polda Metro Jaya,” kata Tegar, Rabu (08/09/2021).
“Sekarang kami sedang lengkapi kekurangan. Khususnya nama-nama terlapornya karena lebih dari satu,” ujar Tegar.
Sebelumnya, dikutip dari CNNIndonesia.com, Kamis (02/08/2021), bahwa perlakuan yang diterima MS–yang notabene merupakan pegawai KPI Pusat ini–telah berlangsung selama bertahun-tahun. MS mendapat perundungan dan pelecehan seksual oleh sesama lelaki, terduga pelaku RT dan EO, yang tak lain adalah rekannya satu kantor di KPI Pusat.
Dalam keterangannya, MS mengaku kerap mendapat perlakuan tidak manusiawi. Beberapa puncaknya, ia pernah disuruh telanjang, dan sempat pula kemaluannya dicoret-coret menggunakan spidol oleh para seniornya di KPI. Perlakuan ini diakui diterima korban sejak tahun 2015.
Para pelaku, menurut MS, juga mendokumentasikan aksi pelecehannya, dimana hal itu membuat MS sangat tertekan, lantaran dikhawatirkan dapat disebarkan secara daring. MS mengaku kalau dirinya sempat bolak-balik ke rumah sakit untuk mengobati stres yang dialaminya. Namun hal itu tak membuat perlakuan para seniornya terhenti.
Lebih lanjut, MS juga bercerita bahwa ia pernah dilempar ke kolam renang saat sedang mengikuti kegiatan di Resort Prima Cipayung, Bogor. Kala itu, ia sedang tertidur dan dirundung oleh para pelaku. Sekitar pukul 01.30 Wib pagi, ia dilempar dan dijadikan sebagai hiburan. (FikA)
Beri dan Tulis Komentar Anda