
EQUATOR, Pontianak – Kiprah Rahmat Putra Yudha, guru Bahasa Inggris SMPN 13 Pontianak jadi kebanggaan. Lewat metode pengajaran memanfaatkan Artificial Intelligence (AI), Yudha, sapaan akrabnya, berhasil menyabet penghargaan Internasional Creativity Schools Awards 2025 pada ajang Creativity on Education Summit (CES) yang digelar Global Institute of Creative Thinking (GIoCT) dan UNESCO IITE Worldwide Prize Competition pada 17 hingga 18 September 2025.
Yudha menjadi satu di antara 30 penerima penghargaan inovasi terbaik dalam menerapkan AI untuk mengajar Bahasa Inggris.
Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono memberikan apresiasi atas pencapaian guru SMPN 13 Pontianak tersebut. Menurutnya, prestasi tersebut bukan hanya menjadi kebanggaan bagi Kota Pontianak, tetapi juga mengharumkan nama Indonesia di kancah global.
“Prestasi yang diraih Pak Yudha ini menjadi kebanggaan bukan hanya untuk Kota Pontianak, tetapi juga untuk Indonesia di kancah internasional,” ujarnya, Sabtu (04/10/2025).
Edi menilai, keberhasilan Yudha membuktikan bahwa guru-guru di Pontianak mampu mengikuti perkembangan zaman dengan memanfaatkan teknologi, termasuk AI, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
“Inovasi yang dilakukan Pak Yudha sangat relevan dengan kebutuhan generasi muda saat ini yang tumbuh dalam era digital,” katanya.
Ia menegaskan Pemerintah Kota Pontianak mendukung penuh para pendidik kreatif yang berani berinovasi. Sebab, kata dia, pendidikan adalah kunci utama dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul.
“Semoga keberhasilan ini menjadi inspirasi bagi para pendidik lain di Pontianak agar terus berinovasi, berani mencoba hal baru, dan tidak berhenti belajar,” ungkapnya.
Edi berharap, pencapaian tersebut dapat mendorong lahirnya generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga adaptif terhadap perubahan global.
Dedikasi Yudha dalam mengembangkan metode pengajaran mendapat apresiasi dari UNESCO lewat inovasinya yang dikemas dalam sebuah studi kasus berjudul “Transforming English Learning with AI: A Case Study on Google’s LM Notebook in Junior High School 13 Pontianak, Indonesia”. Materinya dipelajari dengan cara meresumekan materi-materi dalam satu cerita.
“Ceritanya dibuat dengan AI dan interaktif,” terangnya.
Tak hanya fokus pada dunia pengajaran, Yudha juga dikenal sebagai sosok inovatif di bidang pendidikan. Guru SMPN 13 Pontianak yang juga mengajar di Universitas Panca Bhakti ini merupakan inisiator sekaligus penemu sistem digital Educational Serial Book Number (ESBN).
“ESBN ini adalah sistem identifikasi unik untuk buku-buku pendidikan yang berfungsi serupa dengan ISBN,” tuturnya.
Kiprahnya tidak berhenti di sana. Yudha kemudian mendirikan Virtual Education Academy (VEA), sebuah perusahaan sosial yang berfokus pada pemberdayaan pendidik, baik guru maupun dosen, melalui peningkatan keterampilan dan pengetahuan teknologi.
“Program utama VEA antara lain pelatihan penggunaan berbagai perangkat Microsoft, termasuk penyediaan dua juta akun premium pendidikan bagi guru dan siswa,” katanya.
Selain itu, VEA juga menyelenggarakan pelatihan pembuatan Buku Digital Interaktif Multimodal yang hingga kini telah menghasilkan 680 judul buku digital. Yudha bersama timnya juga mendorong inovasi pembuatan Learning Chatbots untuk mendukung pembelajaran modern.
Saat ini, Yudha dipercaya menjabat sebagai Presiden Indonesian Literacy Association, cabang dari International Literacy Association (ILA) yang berbasis di Amerika Serikat. Ia juga menjadi Pembina Mata Garuda LPDP Kalimantan Barat, wadah alumni penerima beasiswa LPDP. (M@nk)