EQUATOR, Sanggau. Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perikanan Kabupaten Sanggau, Kubin mengungkapkan, komoditi pupuk bersubdisi saat ini sudah berkurang jauh. Awalnya 39 komiditi, sekarang tinggal sembilan komoditi.
“Ada keputusan Kementan untuk mengatur pupuk bersubsidi. Sebelumnya 39 sekarang menjadi 9 komiditi yaitu: padi, jagung, kedelai, tebu, coklat, cabai, bawang putih, bawang merah, kopi. Untuk sektor perkebunan tidak ada lagi pupuk bersubsidi. Kalau dua tahun lalu ada untuk sawit dan karet,” kata Kubin ditemui di ruang kerjanya, Rabu (08/02/2023).
Jadi menurutnya tidak heran jika pupuk bersubdisi langka di pasaran, lantaran memang jenis komoditinya dikurangi perintah. Selain itu, keterbatasan kemampuan pemerintah dalam rangka alokasi pupuk bersubsidi.
Bagi kelompok tani yang ingin mendapatkan pupuk bersubsidi dari pemerintah, kata Kubin, harus lebih dulu mengajukan proposal ke aplikasi Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (E-RDKK)
“Semua petani kami harus memasukkan ke sana (E-RDKK). Dalam realisasi melalui aplikasi, mereka menebusnya di kios-kios. Juga ada kebijakan baru dalam bentuk kartu tani. Kartu Tani bisa akses ke BRI. Jadi seperti ATM. Mereka masukkan deposit ke Kartu Tani. Kartu Tani mereka aktif, kartu tani itulah yang dibawa ke kios, untuk menebus pupuk yang dia usulkan dalam e-proposal itu tadi,” terangnya.
Guna menyiasati kekurangan pupuk, Kubin mengatakan Kementerian Pertanian tengah menggalakkan pupuk organik. Salah satunya Biosaka, yang berasal dari tanaman liar dan rerumputan yang diolah dalam bentuk cair. Ia mengklaim hal ini bisa menghemat pupuk hingga 50 persen.
“Bisa sampai 50 persen menghemat pupuk. Kalau padi itu lima karung, bisa jadi 2,5 karung. Kalaupun kita alokasi tinggal 25 persen, dari organik hemat 50 persen. Jadi pemupukan sudah 75 persen,” pungkasnya. (KiA)
Beri dan Tulis Komentar Anda