
EQUATOR, Pontianak – Tragis dan memilukan. Seorang bocah pengamen harus meregang nyawa secara mengenaskan di bawah Jembatan Siantan, Kecamatan Pontianak Utara, setelah diduga mengalami penyiksaan brutal oleh seorang pria berinisial APR yang tak lain merupakan kekasih ibunya sendiri.
Di hadapan petugas kepolisian, ibu korban mengungkapkan apa yang menimpa anaknya. Dalam pengakuannya yang mengiris hati, ia membeberkan kronologi penyiksaan yang dialami anaknya hingga tewas di pelukannya.
“Saya dan anak saya dipukul gara-gara ngamen dan lama menyiapkan makan. Kemudian Karena makan lama, anak saya langsung ditinju pipinya sampai bibirnya pecah. Habis itu dipukuli pakai kayu, bahkan diinjak-injak!” ungkap sang Ibu dengan suara gemetar.
Tubuh sang bocah dipenuhi lebam, wajah membiru, terdapat luka di sekujur tubuh. Semua itu, kata sang ibu, adalah akibat dari perlakuan APR yang selama ini kerap melampiaskan amarahnya kepada anaknya.
“Setiap hari anak saya dipukul, hanya karena kencing sembarangan atau buang air. Pakai tinju, kayu, bahkan diinjak. Saya juga ikut dipukul. Tapi anak saya yang paling parah,” lanjutnya.
Yang lebih mengerikan, ia mengaku bahwa pelaku pernah berniat membunuh anaknya secara terang-terangan.

“Dia bilang ke saya, ‘Dibunuh aja ya, biar nggak nyusahin kita’. Saya langsung bilang jangan! Itu anak saya, saya kandung sembilan bulan!” bebernya.
Tragedi ini terjadi di kolong Jembatan Siantan Pontianak, tempat mereka biasa beristirahat setelah mengamen. Lokasi itu kini menjadi saksi bisu kekejaman yang merenggut nyawa bocah tak berdosa.
Pihak kepolisian telah turun tangan. Pelaku APR ditangkap dan ditahan, saat ini sedang dalam proses pemeriksaan.
Kematian bocah pengamen ini menjadi tamparan keras bagi masyarakat dan Pemerintah Kota Pontianak. Di tengah hiruk-pikuk kota, masih ada anak-anak jalanan yang tak hanya diabaikan, tapi juga disiksa hingga nyawanya melayang. (Zrn)

Beri dan Tulis Komentar Anda