
EQUATOR, SANGGAU. Plt. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Sanggau, Aris Sudarsono mengakui jika alat berat yang mereka punya banyak yang sudah tidak bisa lagi beroperasi. Ia pun bakal mengusulkan pengadaan alat berat untuk mempercepat penanganan infrastruktur.
“Alat berat yang kita punya yang masih aktif tinggal sedikit. Banyak yang sudah tidak bisa beroperasi,” aku Aris Sudarsono.
Ia menyebut ada dua alat utama yang sangat dibutuhkan Dinas PUPR saat ini, yaitu motor grader dan ekskavator mini. Ekskavator mini dibutuhkan lantaran sering banjir, dan perlu normalisasi saluran air.
“Kemudian untuk grader, banyak jalan-jalan kabupaten yang perlu pemeliharaan melalui swakelola. Kita butuh grader. Grader yang kita punya itu buatan tahun 90-an. Jadi memang prioritas tadi, motor grader dan ekskavator mini,” akunya
Sempat diutarakan Ketua DPRD Sanggau, Hendrikus Hengki, Aris Sudarsono mengungkapkan ide pengadaan alat berat tersebut sebenarnya sudah lama diutarakan ketika Paolus Hadi menjabat Bupati Sanggau. Ketika itu diusulkan pula Unit Pelaksana Teknis (UPT) setidaknya ada di tiga lokasi, Tayan, Kota Sanggau, dan Kembayan.
“Jadi masing-masing area ada di kecamatan ini bisa cepat. Ide ini sudah lama, ada tiga set alat. Tapi nanti kita usulkan ke bupati melalui TAPD. Paling efektif memang masing-masing setiap UPT ada,” ujar Aris.
Hanya saja alat berat bukan barang murah. Aris memperkirakan harga satu unit motor grader berkisar Rp.2 miliar. Sedangkan ekskavator mini, di bawah Rp 1 miliar. Artinya untuk tiga UPT dibutuhkan sekitar Rp 9 miliar. Aris berharap, meski tak langsung semua dipenuhi, setidaknya pengadaan alat berat tersebut dapat dilakukan bertahap.
“Kalau ada alat berat penanganan jalan itu bisa lebih cepat. Kita bisa swakelola. Pekerjaannya yang sifatnya mendesak, kita punya alat, tenaga teknis, operator, jadi tanpa menunggu kontrak atau lelang, bisa kita kerjakan cepat,” terangnya.
Aris menyebut, ruas jalan kabupaten di Sanggau sudah hampir 100 persen fungsional. Hanya satu ruas saja yang terganggu akibat longsor yaitu ruas jalan Sejuah-Noyan.
“Seperti di Tanjung Bunga, Bagan Asam bukan merupakan jalan kabupaten. Cuma tetap kita di hari-hari hujan tetap kita pelihara. Walaupun belum tentu ketika hujan, tetap fungsional. Makanya kami sangat setuju dengan usulan itu. Tinggal kemampuan keuangan kita,” pungkas Aris. (KiA)
Beri dan Tulis Komentar Anda