EQUATORONLINE.ID – PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Kalimantan Bagian Barat (UIP KLB) memberikan sosialisasi pengolahan Fly Ash Bottom Ash (FABA) menjadi barang bernilai ekonomi kepada 67 stakeholder tata lingkungan se Provinsi Kalimantan Barat. Diantaranya ada dari unsur Pemerintah Daerah, Pelaku Usaha, Akademisi dan Lembaga Keuangan. FABA sendiri merupakan limbah hasil dari operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Sosialisasi tersebut disampaikan pada agenda Rapat Koordinasi Tata Lingkungan Tingkat Regional 2024 yang diadakan oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan dan Tata Lingkungan Wilayah III Pontianak. Agenda yang mengusung tema Better Environment for Sustainable Investments Toward Indonesia Emas 2045 dilaksanakan pada Selasa (01/10/2024) di Pontianak.
Manager Perizinan dan Komunikasi, M. Harry Febriandono, pada paparannya menjelaskan bahwa PLN Group saat ini telah melakukan pengelolaan dan pemanfaatan FABA atau abu sisa proses pembakaran batu bara di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan sirkular ekonomi. Pengolahan FABA jadi bahan baku bernilai ekonomi ini diharapkan bisa membawa manfaat bagi masyarakat.
“PLN Group sesuai arahan Jajaran Direksi saat ini berkomitmen mengelola FABA dihasilkan agar sejalan dengan konsep Environment, Social and Governance (ESG),” ucap Harry.
Harry mencontohkan beberapa program pemanfaatan FABA yang telah dilakukan PLN. Salah satunya pemanfaatan FABA PLTU Ombilin sebagai bahan baku pupuk dengan UMKM. Selain itu, dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, PLN berkontribusi mengirimkan 8.000 geo-bag FABA dari PLTU Tanjung Jati B yang digunakan untuk pembangunan tanggul sementara dalam mengatasi banjir di Kota Semarang. Selain itu geobag FABA juga sudah digunakan oleh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jepara untuk bencana abrasi dan banjir di beberapa desa di Kabupaten Jepara. FABA juga telah digunakan dalam berbagai program tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) untuk renovasi jalan, rumah warga, dan materi konstruksi lainnya.
Di Pacitan, melalui program TJSL, FABA yang berasal dari PLTU Pacitan dimanfaatkan untuk pembangunan jalan desa sepanjang 2.1 km dan pembangunan 3 Rumah Tinggal Layak Huni yang berada di sekitar PLTU. Serta banyak lagi produk olahan FABA seperti batako atau digunakan untuk campuran beton sebagai bagian struktur beton (kolom, balok dan pondasi) yang terdiri dari semen, pasir, kerikil, FABA dan air. Fly ash menggantikan 40% semen, sedangkan bottom ash menggantikan 50% pasir. Pada material dinding bata ringan BIMA, fly ash menggantikan 100% pasir.
Dalam kesempatan yang lain, Plh General Manager PLN UIP KLB, Dicky Saputra menyebutkan bahwa program ini merupakan bagian dari komitmen PLN untuk menjalankan bisnis yang tidak hanya mengutamakan profit, namun PLN juga memastikan bahwa operasional yang dijalankan senantiasa memperhatikan aspek keberlanjutan dan ramah lingkungan serta bentuk implementasi terkait aspek Environmental, Social dan Governance (GCG).
PLN PLN mengembangkan inisiatif terobosan untuk memastikan bahwa program lingkungannya akan mencapai hasil yang optimal. Inisiatif tersebut melalui:
- Meningkatkan jumlah pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan fly ash dan bottom ash, termasuk lembaga pemerintah, perusahaan milik negara, sektor swasta, dan LSM.
- Mempromosikan inovasi produk FABA.
- Mempromosikan keterlibatan usaha kecil di sekitar pembangkit listrik tenaga batu bara untuk memanfaatkan FABA.
“Kami berharap ada value creation yang didapatkan atau inovasi yang mampu mendorong pemanfaatan FABA menjadi sumber alternatif, mengurangi eksploitasi terhadap sumber daya alam yang semakin terbatas dan mengurangi emisi karbon, meningkatkan sirkulasi ekonomi bagi masyarakat sekitar PLTU serta meningkatkan peluang inovasi dan riset dari seluruh bidang infrastruktur, pertanian dan lain-lain,” tutup Dicky. (sto)