EQUATOR, Pontianak – Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Pontianak, Sidig Handanu memaparkan, Pontianak menjadi satu-satunya daerah di Kalimantan Barat dengan penurunan angka prevalensi stunting paling konsisten dan signifikan. Terbukti dengan angka prevalensi stunting yang selalu turun dari tahun ke tahun.
Terakhir, dari survei awal tahun 2024 oleh Kementerian Kesehatan RI, angka prevalensi stunting Kota Pontianak tahun 2023 menurun jadi 16,4 persen dari yang sebelumnya 19,7 persen di 2022. Handanu optimis, untuk hasil survei prevalensi stunting 2024 turun 2 – 2,5 persen.
“Angka stunting paling maksimal itu turun antara dua sampai dua setengah persen per tahun, sudah maksimal, kita mengharapkan terjadi penurunan karena sekarang sedang dilakukan survei, mudah-mudahan sesuai target nasional yaitu 14 persen,” tuturnya usai Rapat Koordinasi Review Kinerja Stunting 2024 di Ruang Rapat Kantor Wali Kota, Senin (16/12/2024).
Handanu menjelaskan, faktor utama menentukan kesuksesan penurunan stunting di Indonesia, termasuk Pontianak, adalah masalah kualitas kesehatan ibu dan anak serta pola hidup bersih di masyarakat. Kemudian didukung aspek lain seperti mutu fasilitas kesehatan dan sistem informasi.
“Ada beberapa faktor kritis juga menurut saya untuk mencapai kesuksesan yaitu pemantauan pertumbuhan balita, ini Kota Pontianak masih rendah sampai bulan Oktober yaitu hanya 33,8 persen. Ini disebabkan karena tidak semua orang tua mau memeriksakan anaknya ke posyandu,” katanya.
Penjabat (Pj) Wali Kota Pontianak, Edi Suryanto menyampaikan apresiasinya atas dedikasi dan tenaga seluruh pihak yang telah terlibat dalam percepatan penurunan stunting di Kota Pontianak. Ia menilai sepanjang tahun 2024 penanganan stunting sudah sangat baik.
Dirinya pun optimis, dengan segala daya yang dikerahkan para kader kesehatan sebagai ujung tombak khususnya, Kota Pontianak bisa menekan stunting sesuai target nasional.
“Semua usaha sudah dijalankan tinggal menunggu hasilnya, kita akan terus optimis agar tetap semangat berupaya dengan impian Pontianak zero stunting,” ujarnya.
Beberapa persoalan memang masih jadi pembahasan di tingkat nasional seperti rapat yang masih banyak digelar di hotel-hotel tanpa gerakan pasti ke lapangan. Edi menerangkan, untuk Kota Pontianak tidak pernah demikian, terbukti dengan anggaran yang banyak menyasar target.
Selain itu, ia menegaskan pendekatan berbasis komunitas tetap menjadi prioritas utama dalam program penanganan stunting di Kota Pontianak. Pemberdayaan masyarakat melalui edukasi tentang pentingnya gizi seimbang, pola asuh anak, dan sanitasi yang layak terus dilakukan secara konsisten.
“Kita tidak hanya fokus pada data, tapi juga aksi nyata di lapangan. Semua pihak, mulai dari kader posyandu, tenaga kesehatan, hingga tokoh masyarakat, memiliki peran besar dalam memberikan kesadaran dan edukasi langsung kepada masyarakat,” pungkasnya. (Dis)
Beri dan Tulis Komentar Anda