EQUATOR, SANGGAU. Proyek pengerjaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Dusun Rantau Prapat, Desa Sebara, Kecamatan Parindu dikeluhkan sebagian warga. Pasalnya proyek yang dikerjakan tahun 2022 tersebut tak mencakup seluruh Kepala Keluarga (KK) di Dusun Rantau Prapat.
“Awalnya waktu sosialisasi dari kontraktornya bilang akan teraliri ke seluruh warga, tapi ada delapan Kepala Keluarga (KK). Padahal di tempat kami itu hanya sekitar 43 KK,” kata Idawati, 51, warga Dusun Rantau Prapat, Selasa (18/07/2023) via HP.
Idawati mengaku ia termasuk delapan KK yang tak mendapatkan manfaat dari proyek senilai sekitar Rp.700 juta tersebut.
Hal tersebut dibenarkan Anggota DPRD Kabupaten Sanggau, Supardi. Legislator Partai Demokrat itu mengaku mendapat keluhan dari masyarakat Dusun Rantau Prapat ketika reses pada 5 Juli 2023. Ia bahkan mendapatkan foto dan video dugaan pipa yang digunakan tak sesuai spesifikasi.
“Ada delapan Kepala Keluarga tidak teraliri air bersih. Berapa kali dikonfirmasi kepada kontraktornya tidak ditanggapi, akhirnya warga ngecek, pipanya pun tidak standar. Akhirnya dibalut mereka dengan karet. Akhirnya pecah lagi,” kata Supardi ditemui di gedung DPRD Sanggau, Selasa (18/07/2023).
“Waktu memborong itu tidak ada plang proyek. Warga sudah keluh kesah ke pemborong, tapi tak direspon. Masyarakat hanya nuntut satu, bagaimana barang itu berfungsi berasas manfaatnya,” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang (Kabid) Permukiman Dinas Perumahan, Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Sanggau, Agus Hidayat, memastikan bahwa foto dan video yang beredar terkait kondisi pipa tersebut adalah gambar-gambar lama ketika pekerjaan belum selesai.
“Kami sekarang ini sedang mengirim tim untuk melihat langsung ke lokasi terkait informasi yang saya terima. Apakah kondisinya seperti itu atau ada perbedaan dengan kondisi yang ada. Kami sedang menugaskan tim konsultan turun ke lapangan dan ini masih menuju lokasi. Tapi berdasarkan data awal yang ditemui di lapangan, bahwa gambar itu adalah pekerjaan yang masih dalam tahap penyelesaian awal. Artinya itu masih dalam proses,” kata Agus Hidayat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (18/07/2023).
Ia mengakui memang ada beberapa warga yang masih belum terlayani dari proyek yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tersebut. Hal itu disebabkan anggaran yang tidak mencukupi.
“Dari pihak tersebut minta untuk mendapatkan akses air bersih. Karena memang waktu itu untuk ke sana itu sudah di luar kontrak. Artinya memang kontrak kita belum sampai ke sana. Jadi waktu itu dari pihak pelaksana (kontraktor) punya itikad baik untuk membantu ke lokasi yang belum teraliri. Tetapi dengan menggunakan pipa yang mungkin berbeda dari segi ukurannya dengan pipa di lokasi yang secara kontrak memang dilaksanakan,” ungkap Agus.
“Itu yang dianggap oleh mereka pipa itu tidak sesuai dengan spek. Karena sifatnya bantuan saja. Awalnya masyarakat menerima dan mereka berjanji akan melaksanakannya secara gotong-royong dengan masyarakat di sana. Tapi di belakang hari mereka tidak jadi menerima itu dan menganggap dari pihak pelaksana tidak sesuai dengan spek dan sebagainya,” lanjut Agus.
Selai itu ia juga mengungkapkan, pengerjaan proyek tersebut sedikit bergeser dari rencana awal. Pasalnya pemilik sumber mata air yang awalnya menghibahkan sumber mata air berubah pikiran sehingga harus mencari sumber mata air baru.
“Jadi langkah selanjutnya kami ingin, karena harapannya proyek ini tetap berlanjut. Harapannya coba kita usulkan untuk bisa mencukupi yang sisa delapan itu. Kita coba dorong di APBD Perubahan, semoga bisa gol. Karena kita masih dalam proses APBD Perubahan. Kita coba dorong meneruskan itu. Semoga bisa gol dan bisa terselesaikan,” harapnya. (KiA)
Beri dan Tulis Komentar Anda